Senin, 08 Juli 2013

CERPEN



AKHIR YANG PENUH SUKA DUKA






Ariel dan Aira adalah adik kakak yang berpisah selama 25 tahun karena perceraian kedua orang tuanya. Ariel tinggal bersama ibunya, sedangkan Aira tinggal bersama ayahnya. 
Pada suatu saat mereka dipertemukan di sebuah Universitas ternama di Jakarta. Sebelumnya mereka tidak mengetahui bahwa ternyata mereka adalah dua orang adik kakak.
“Maaf, aku telah menabrakmu dan membuat buku – bukumu terjatuh berantakan,” kata Ariel sambil menunduk.
“Tidak masalah. Tapi lihat buku – bukuku berantakan,” kata Aira.
Kemudian Ariel mencoba untuk mengambil buku – buku yang terjatuh itu. Setelah Ariel menyerahkan buku – buku itu kepada Aira, dia bertanya,” Siapa namamu?”
” Aku Aira. Dan kamu?” tanya Aira kepada Ariel.
” Namaku Ariel.”
Kemudian mereka saling mengenal. Namun beberapa hari kemudian ibu Ariel terjatuh sakit. Badannya begitu panas dan wajahnya terlihat pucat.
”Ibu, ayo minum obatnya agar ibu lekas sembuh,” kata Ariel kepada ibunya.
”Baiklah,” kata ibu kepada Ariel.
Beberapa jam kemudian ibu Ariel meminum obat itu dan beristirahat.
“ Semoga besok ibu lebih baik dari sekarang,” kata Ariel.
Sementara itu, di lantai bawah meja terdapat kertas berwarna putih ternyata itu adalah sebuah foto. Foto sosok seorang ayah dan ibu Ariel yang sudah ada sejak 28 tahun yang lalu. Ariel mengambil foto itu dan berkata,” Siapa dia?”
Ariel begitu curiga dan penasaran dengan adanya foto tersebut.
Di sisi lain, Aira yang tinggal serumah dengan ayahnya terus membayangkan sosok Ariel dan terus mengingat kejadian di kampus saat mereka saling bertabrakan dan perkenalan waktu itu.
”Ayah tahu apa yang sedang kamu pikirkan. Pasti kamu punya kenalan baru di kampus kan? Dia pasti seorang laki – laki,” kata ayah kepada Aira.
”Ayah benar. Dia bernama Ariel. Dan dia adalah laki – laki baik yang belum pernah aku lihat sebelumnya,”jawab Aira kepada ayahnya.
“ Baiklah, ayah tahu. Kalau begitu besok ajak dia ke sini dan kenalkan kepada ayah,” kata ayah kepada Aira.
“ Ok, ayah,” jawab Aira.
Aira yang selama ini hidup bahagia dengan ayahnya, tetapi Ariel sebaliknya. Dia begitu sedih karena ibunya sering sakit - sakitan.
” Ibu, aku ingin bertanya sesuatu kepada ibu.”
” Siapa laki – laki yang ada bersama ibu di foto ini?” tanya Ariel kepada ibunya.
”Dia adalah ayah kandung kamu.” jawab ibu dengan rasa gugup.
Kemudian ibu Ariel menceritakan atas semua yang sudah terjadi 25 tahun yang lalu kepada Ariel.
”Jadi, maksud ibu ayah kandung dan adikku masih ada? Dimana mereka sekarang?” tanya Ariel.  
”Aku harus segera mencari mereka.”
”Jangan, Ariel. Biarkan mereka hidup bahagia.”Ini semua adalah keputusan dari ayah kamu.” kata ibu kepada Ariel.
”Tidak, ibu. Aku harus mencari mereka. Aku harus cari tahu dimana mereka tinggal sekarang.”
Keesokan harinya, di kampus Ariel mencari Aira.
”Ariel... Ariel.....,” teriak Aira kepada Ariel.
”Aira. Wah.... syukurlah aku dari tadi mencari kamu ternyata kamu disini,” kata Ariel kepada Aira.
”Hari ini aku punya rencana ingin mengajakmu untuk datang ke rumahku,” kata Aira.
”Kapan? Hari ini?” tanya Ariel kepada Aira.
”Terserah. Asalkan kamu punya waktu.” jawab Aira. 
” Baiklah.” kata Ariel dengan girang.
Malam harinya Ariel datang ke rumah Aira.
”Silahkan masuk, Ariel,” kata Aira.
Beberapa jam kemudian ayah Aira turun dari tangga untuk menemui Ariel. Dan Ariel pun terkejut bahwa ternyata ayah Aira adalah sosok laki – laki yang ada di foto itu.
”Oh, ini sungguh tidak mungkin. Ayah Aira adalah orang yang selama ini aku cari. Itu artinya ayah Aira adalah ayah kandungku juga?” tanya Ariel dalam hati. 
Kemudian mereka saling berjabat tangan.
”Ayah.....?”Ariel memanggilnya dengan sebutan ayah. 
”Apa yang kamu ucapkan tadi?” tanya ayah Aira kepada Ariel.
”Oh, tidak. Maksud saya, saya adalah Ariel teman sekampus dengan Aira,” jawab Ariel.
” Kondisi seperti ini aku tidak mungkin jika aku langsung bilang bahwa mereka adalah ayah dan adikku. Aku harus sabar. Aku berharap suatu saat nanti mereka akan tahu bahwa aku adalah bagian dari keluarga mereka,” kata Ariel dalam hati.
”Aira sudah cerita semuanya tentang kamu. Dan makanya kenapa Aira menyuruhmu untuk datang kemari, karena aku sekedar ingin tahu ,” kata ayah Aira.
”Iya, Om. Saya juga senang bisa kenal dengan Aira,” jawab Ariel.
Dengan secangkir teh dan kue mereka saling berbicara hingga larut malam tiba. Sesampai di rumah Ariel cerita kepada ibunya atas apa yang dia lihat di rumah Aira.
”Apakah kamu sendiri rindu dengan ibu kandung kamu?”tanya Ariel kepada Aira.
”Iya. Tapi aku bingung apa maksud kamu tiba – tiba bertanya seperti itu kepadaku?”tanya Aira.
”Besok aku ingin bertemu dengan ayahmu lagi. Aku ingin bicara sesuatu dengan ayahmu. Mungkin besok adalah saatnya kamu dan ayahmu untuk tahu semuanya,” jawab Ariel kepada Aira.
Aira begitu cemas dan penasaran seperti ada hal yang penting ingin disampaikan oleh Ariel kepada Aira dan ayahnya.
Di suatu restoran, Ariel, Aira dan ayahnya berkumpul dan berbincang – bincang. Di tengah perbincangannya, Ariel memotong pembicaraan Aira.
”Maaf, aku ingin bertanya sesuatu kepada kalian,” kata Ariel.
”Apakah kalian tidak pernah tahu bahwa aku adalah bagian dari keluarga kalian?” tanya Ariel kepada Aira dan ayahnya.
”Apa maksudmu,” tanya ayah Aira.
”Ayah. Aku adalah anakmu. Dan kalian adalah ayah dan adik kandungku,” jawab Ariel.
”Tidak mungkin. Aku tidak percaya dengan apa yang kamu katakan. Kamu pasti sedang mengada – ngada kan, Ariel?” kata Aira.
”Aku punya bukti. Dan foto ini sebagai bukti dari apa yang aku katakan,” kata Ariel.
“Dan kamu percaya atau tidak itu terserah kamu. Yang penting ini faktanya.”
Aira menangis dan pergi meninggalkan restoran.
”Aira.... Aira....,” ayahnya memanggil Aira.
”Ayah, tolong jelaskan apa yang sedang terjadi,” kata Aira kepada ayahnya. 
”Ayah tidak tahu yang terjadi. Ini semua rencana dia,” jawab ayah kepada Aira.
Di kampus pada saat jam pulang Ariel mendatangi Aira yang sedang membaca buku di taman.
”Aira. Aku minta maaf atas apa yang aku katakan tadi malam bersama ayahmu,” kata Ariel kepada Aira.
”Aku memaafkanmu. Dan aku sudah melupakan apa yang sudah terjadi kemarin malam. Mulai sekarang kamu menjauhlah dariku. Aku ingin sendiri,” jawab Aira kepada Ariel.
”Baiklah. Aku janji tidak akan mengganggumu lagi. Asalkan kamu mau menuruti keinginanku,”jawab Ariel kepada Aira.
Ariel terlalu berharap jika Aira bisa bertemu dengan ibunya.
”Apakah kamu tidak ingin bertemu dengan ibu kandungmu? Apakah kamu mau bertemu dengannya untuk hari ini saja? Ibu sedang terbaring sakit. Dan dia sangat menginginkan jika kamu ada di sisihnya.
”Baik. Aku akan datang ke rumahmu nanti untuk bertemu dengan ibumu,” jawab Aira.
”Dia ibumu juga. Nanti malam sekalian ajak ayah untuk datang menemui ibu,” kata Ariel
Malam tiba Aira dan ayahnya datang ke rumah Ariel.
”Ibu, lihat siapa yang datang hari ini?”kata Ariel kepada ibunya.
Aira menangis dan mencoba untuk mendekati ibunya.
”Ibu...,” Aira memanggil ibunya dengan suara rendah.
”Apakah benar kamu adalah Aira?” tanya ibu kepada Aira sambil menangis.
”Aku Aira. Aku adalah putri ibu satu - satunya,” jawab Aira.
”Maafkan ibumu ini sudah 15 tahun ibu tidak bisa merawatmu,” kata ibu kepada Aira.
”Tidak. Ibu tidak pantas bicara seperti itu. Ini semua bukan kesalahan ibu,” jawab Aira.
” Ini semua adalah kesalahanku. Seandainya dulu aku tidak memutuskan untuk bercerai dan tidak membawa Aira ke luar kota, pasti ini tidak mungkin terjadi, ”jawab ayah kepada Aira dengan rasa penuh menyesal.     
Tapi sekarang nasi sudah menjadi bubur. Semuanya sudah terlanjur terjadi. Akhirnya mereka memulai hidup dari awal.
” Alkhamdulillah.... Terima kasih ya Tuhan. Syukurlah aku bisa bertemu dengan ayah dan adik kandungku, kata Ariel dengan rasa senang.
Beberapa bulan kemudian ibu mereka meninggal. Dan Ariel memutuskan untuk tinggal dan hidup bersama ayahnya di Jakarta. Akhirnya mereka bertiga hidup bahagia dalam satu rumah meskipun tanpa ada ibunya.