AKHIR YANG PENUH SUKA DUKA
Ariel dan Aira
adalah adik kakak yang berpisah selama 25 tahun karena perceraian kedua orang
tuanya. Ariel tinggal bersama ibunya, sedangkan Aira tinggal bersama
ayahnya.
Pada suatu saat
mereka dipertemukan di sebuah Universitas ternama di Jakarta. Sebelumnya mereka tidak mengetahui
bahwa ternyata mereka adalah dua orang adik kakak.
“Maaf, aku telah
menabrakmu dan membuat buku – bukumu terjatuh berantakan,” kata Ariel sambil
menunduk.
“Tidak masalah. Tapi lihat buku – bukuku
berantakan,” kata Aira.
Kemudian Ariel mencoba untuk mengambil buku – buku
yang terjatuh itu. Setelah Ariel menyerahkan buku – buku itu kepada Aira, dia
bertanya,” Siapa namamu?”
” Aku Aira. Dan kamu?” tanya Aira kepada Ariel.
” Namaku Ariel.”
Kemudian mereka saling mengenal. Namun beberapa
hari kemudian ibu Ariel terjatuh sakit. Badannya begitu panas dan wajahnya
terlihat pucat.
”Ibu, ayo minum obatnya agar ibu lekas sembuh,”
kata Ariel kepada ibunya.
”Baiklah,” kata ibu kepada Ariel.
Beberapa jam kemudian ibu Ariel meminum obat itu
dan beristirahat.
“ Semoga besok ibu lebih baik dari sekarang,” kata
Ariel.
Sementara itu, di lantai bawah meja terdapat
kertas berwarna putih ternyata itu adalah sebuah foto. Foto sosok seorang ayah
dan ibu Ariel yang sudah ada sejak 28 tahun yang lalu. Ariel mengambil foto itu
dan berkata,” Siapa dia?”
Ariel begitu curiga dan penasaran dengan adanya
foto tersebut.
Di sisi lain, Aira yang tinggal serumah dengan
ayahnya terus membayangkan sosok Ariel dan terus mengingat kejadian di kampus
saat mereka saling bertabrakan dan perkenalan waktu itu.
”Ayah tahu apa yang sedang kamu pikirkan. Pasti kamu punya kenalan baru di kampus
kan? Dia pasti seorang laki – laki,” kata ayah kepada Aira.
”Ayah benar. Dia bernama Ariel. Dan dia adalah laki – laki
baik yang belum pernah aku lihat sebelumnya,”jawab Aira kepada ayahnya.
“ Baiklah, ayah tahu. Kalau begitu
besok ajak dia ke sini dan kenalkan kepada ayah,” kata ayah kepada Aira.
“ Ok, ayah,” jawab Aira.
Aira yang selama ini hidup bahagia
dengan ayahnya, tetapi Ariel sebaliknya. Dia begitu sedih karena ibunya sering
sakit - sakitan.
” Ibu, aku ingin bertanya sesuatu
kepada ibu.”
” Siapa laki – laki yang ada bersama
ibu di foto ini?” tanya Ariel kepada ibunya.
”Dia adalah ayah kandung kamu.” jawab ibu dengan
rasa gugup.
Kemudian ibu Ariel menceritakan atas semua yang
sudah terjadi 25 tahun yang lalu kepada Ariel.
”Jadi, maksud ibu ayah kandung dan adikku masih
ada? Dimana mereka sekarang?” tanya Ariel.
”Aku harus segera mencari mereka.”
”Jangan, Ariel. Biarkan mereka hidup bahagia.”Ini
semua adalah keputusan dari ayah kamu.” kata ibu kepada Ariel.
”Tidak, ibu. Aku harus mencari mereka. Aku harus cari
tahu dimana mereka tinggal sekarang.”
Keesokan harinya, di kampus Ariel mencari Aira.
”Ariel... Ariel.....,” teriak Aira kepada Ariel.
”Aira. Wah.... syukurlah aku dari tadi mencari
kamu ternyata kamu disini,” kata Ariel kepada Aira.
”Hari ini aku punya rencana ingin mengajakmu untuk
datang ke rumahku,” kata Aira.
”Kapan? Hari ini?” tanya Ariel kepada Aira.
”Terserah. Asalkan kamu punya waktu.” jawab Aira.
” Baiklah.” kata Ariel dengan girang.
Malam harinya Ariel datang ke rumah Aira.
”Silahkan masuk, Ariel,” kata Aira.
Beberapa jam kemudian ayah Aira turun dari tangga
untuk menemui Ariel. Dan Ariel pun terkejut bahwa ternyata ayah Aira adalah
sosok laki – laki yang ada di foto itu.
”Oh, ini sungguh tidak mungkin. Ayah Aira adalah
orang yang selama ini aku cari. Itu artinya ayah Aira adalah ayah kandungku
juga?” tanya Ariel dalam hati.
Kemudian mereka saling berjabat tangan.
”Ayah.....?”Ariel memanggilnya dengan sebutan
ayah.
”Apa yang kamu ucapkan tadi?” tanya ayah Aira
kepada Ariel.
”Oh, tidak. Maksud saya, saya adalah Ariel teman
sekampus dengan Aira,” jawab Ariel.
” Kondisi seperti ini aku tidak mungkin jika aku
langsung bilang bahwa mereka adalah ayah dan adikku. Aku harus sabar. Aku
berharap suatu saat nanti mereka akan tahu bahwa aku adalah bagian dari
keluarga mereka,” kata Ariel dalam hati.
”Aira sudah cerita semuanya tentang kamu. Dan
makanya kenapa Aira menyuruhmu untuk datang kemari, karena aku sekedar ingin
tahu ,” kata ayah Aira.
”Iya, Om. Saya juga senang bisa kenal dengan
Aira,” jawab Ariel.
Dengan secangkir teh dan kue mereka saling
berbicara hingga larut malam tiba. Sesampai di rumah Ariel cerita kepada ibunya
atas apa yang dia lihat di rumah Aira.
”Apakah kamu sendiri rindu dengan ibu kandung
kamu?”tanya Ariel kepada Aira.
”Iya. Tapi aku bingung apa maksud kamu tiba – tiba
bertanya seperti itu kepadaku?”tanya Aira.
”Besok aku ingin bertemu dengan ayahmu lagi. Aku
ingin bicara sesuatu dengan ayahmu. Mungkin besok adalah saatnya kamu dan
ayahmu untuk tahu semuanya,” jawab Ariel kepada Aira.
Aira begitu cemas dan penasaran seperti ada hal
yang penting ingin disampaikan oleh Ariel kepada Aira dan ayahnya.
Di suatu restoran, Ariel, Aira dan ayahnya
berkumpul dan berbincang – bincang. Di tengah perbincangannya, Ariel memotong
pembicaraan Aira.
”Maaf, aku ingin bertanya sesuatu kepada kalian,”
kata Ariel.
”Apakah kalian tidak pernah tahu bahwa aku adalah
bagian dari keluarga kalian?” tanya Ariel kepada Aira dan ayahnya.
”Apa maksudmu,” tanya ayah Aira.
”Ayah. Aku adalah anakmu. Dan kalian adalah ayah
dan adik kandungku,” jawab Ariel.
”Tidak mungkin. Aku tidak percaya dengan apa yang kamu katakan. Kamu
pasti sedang mengada – ngada kan, Ariel?” kata Aira.
”Aku punya bukti. Dan foto ini sebagai bukti dari apa yang aku
katakan,” kata Ariel.
“Dan kamu percaya atau tidak itu terserah kamu. Yang penting ini faktanya.”
Aira menangis dan pergi meninggalkan restoran.
”Aira.... Aira....,” ayahnya memanggil Aira.
”Ayah, tolong jelaskan apa yang sedang terjadi,”
kata Aira kepada ayahnya.
”Ayah tidak tahu yang terjadi. Ini semua rencana dia,” jawab ayah
kepada Aira.
Di kampus pada saat jam pulang Ariel mendatangi
Aira yang sedang membaca buku di taman.
”Aira. Aku minta maaf atas apa yang
aku katakan tadi malam bersama ayahmu,” kata Ariel kepada Aira.
”Aku memaafkanmu. Dan aku sudah
melupakan apa yang sudah terjadi kemarin malam. Mulai sekarang kamu menjauhlah dariku. Aku ingin
sendiri,” jawab Aira kepada Ariel.
”Baiklah. Aku janji tidak akan mengganggumu lagi. Asalkan kamu mau menuruti
keinginanku,”jawab Ariel kepada Aira.
Ariel terlalu berharap jika Aira bisa bertemu
dengan ibunya.
”Apakah kamu tidak ingin bertemu dengan ibu
kandungmu? Apakah kamu mau bertemu dengannya untuk hari ini saja? Ibu sedang
terbaring sakit. Dan dia sangat menginginkan jika kamu ada di sisihnya.
”Baik. Aku akan datang ke rumahmu nanti untuk
bertemu dengan ibumu,” jawab Aira.
”Dia ibumu juga. Nanti malam sekalian ajak ayah untuk datang
menemui ibu,” kata Ariel
Malam tiba Aira dan ayahnya datang ke rumah Ariel.
”Ibu, lihat siapa yang datang hari ini?”kata Ariel
kepada ibunya.
Aira menangis dan mencoba untuk mendekati ibunya.
”Ibu...,” Aira memanggil ibunya dengan suara
rendah.
”Apakah benar kamu adalah Aira?” tanya ibu kepada
Aira sambil menangis.
”Aku Aira. Aku adalah putri ibu satu - satunya,”
jawab Aira.
”Maafkan ibumu ini sudah 15 tahun ibu tidak bisa merawatmu,”
kata ibu kepada Aira.
”Tidak. Ibu tidak pantas bicara seperti itu. Ini
semua bukan kesalahan ibu,” jawab Aira.
” Ini semua adalah kesalahanku. Seandainya dulu
aku tidak memutuskan untuk bercerai dan tidak membawa Aira ke luar kota, pasti
ini tidak mungkin terjadi, ”jawab ayah kepada Aira dengan rasa penuh
menyesal.
Tapi sekarang nasi sudah menjadi bubur. Semuanya
sudah terlanjur terjadi. Akhirnya mereka memulai hidup dari awal.
” Alkhamdulillah.... Terima kasih ya Tuhan. Syukurlah aku bisa bertemu dengan ayah dan
adik kandungku, kata Ariel dengan rasa senang.
Beberapa bulan kemudian ibu mereka meninggal. Dan
Ariel memutuskan untuk tinggal dan hidup bersama ayahnya di Jakarta. Akhirnya
mereka bertiga hidup bahagia dalam satu rumah meskipun tanpa ada ibunya.